Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Kamis, 26 April 2012

ARTIKEL : KITA PENGENDALI SIARAN MEDIA MASSA

KITA PENGENDALI SIARAN MEDIA MASSA

Dalam jaman modern ini, kita sangat mudah mendapatkan informasi, baik dari media massa maupun elektronik. Dari informasi dalam negeri hingga informasi dari luar negeri. Dari berita olahraga, ekonomi, hokum hingga aktivitas harian selebritis. tapi, dalam dunia nyata ini, semua yang memiliki manfaat pasti memiliki dampak negative pula. Mungkin sebagian besar dari kita hanya melihat sesuatu dari sudut pandang positifnya saja, bijaksanalah jika kita juga melihat dari sudut negatifnya. Informasi yang diberikan kepada kita melalui siaran radio, televise ataupun media massa lainnya, juga memiliki dampak negative jika kita tidak melakukan tindakan.
Semua siaran informasi yang ada di media massa ataupun media elektronik berasal dari para wartawan atau pers ataupun biasa disebut juga dengan “paparazzi”. Setiap berita akan di ekspos oleh mereka dan biasanya mereka tidak mementingkan dampak negative itu. Padahal berita yang mereka ekspos dapat membawa dampak negative bagi penerus bangsa kita. Suadah tak dapat dipungkiri bahwa saat ini pers sering semena-mena dalam mengekspose suatu berita. Sebagai contohnya adalah berita pornografi yang dilakukan oleh beberapa selebritis maupun tokoh masyarakat yang marak akhir-akhir ini. Mereka hanya mementingkan keuntungan mereka sendiri, padahal hal itu dapat berakibat buruk bagi mental para penerus bangsa. Sebut saja, akibat berita pornografi artis yang di ekspos berlebihan oleh pers dapat menyebabkan meningkatnya kasus pelecehan seksual di kota Surabaya.
‘’Media cenderung mengedepankan faktor keuntungan ketimbang fungsi sosialnya. Oleh karena itu, semua pihak (masyarakat) harus bangkit dan berani melawan Pers yang semena-mena. Dengan literasi media nampaknya tidak cukup, ‘’ demikian antara lain mengemuka pada Forum Pengembangan Literasi Media Dalam Rangka Penguatan Sadar Media, Rabu 11 April 2012 di Hotel Harris Ressort Kuta.
DR. James Pardede, MM, Direktur Kemitraan Komunikasi Kementrian Kominfo RI saat memberikan sambutan mengatakan, masyarakat perlu dibekali kemampuan agar bisa memilih dan memilah siaran yang sehat sesuai dengan kebutuhannya.
Forum Literasi Media kali ini di laksanakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bekerjasama dengan Pemprov Bali yang pelaksanaannya di buka langsung oleh Asisten III Pemprov Bali Made Santa, SE, MSi.
Acara ini menghadirkan empat orang pembicara yaitu; Amir Sar Manihuruk, Drs, MS- Peneliti Madya Bidang Komunikasi dan Media Badan Litbang SDM Kemkominfo RI dengan judul materi : “Literasi Media dan Penguatan Publik Dinamika dan Kompleksitasnya”. Amir Sar Manihuruk dalam paparannya menjelaskan, peran media wajib memberikan informasi yang akurat dan seimbang, memberikan edukasi, pencerahan, pemberdayaan, hiburan yang sehat, memberikan kontrol sosial yang membangun, serta dapat memberikan solusi alternatif terhadap berbagai permasalahan masyarakat dalam berbangsa dan Negara,“Jelasnya.
Sementara Pembicara berikutnya Dr. Ida Bagus Radendra S., SH, M.Hum dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dwijendra Denpasar membawakan makalah dengan tema : “Literasi Media dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Ber-Media”. Radendra menekankan, ditengah masyarakat konsumen hari ini, masyarakat harus cerdas dan kritis dalam menyikapi media. Literasi media harus lebih intens dilakukan mengingat saat ini ada kondisi dimana masyarakat kita belum memiliki budaya baca tapi sudah langsung menuju masyarakat multimedia, “tandas Radendra.
Dalam session diskusi, Wayan Yasa Adnyana, SH, MM dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali, menyoroti kondisi media saat ini yang sangat mencerminkan dinamika politik di negeri ini. Terkait dengan Literasi media, selama ini cendrung menekankan pada kebutuhan masyarakat pemirsa, belum menekankan pada pemiliknya. ‘’Peran pemerintah perlu ditingkatkan dalam mewujudkan siaran yang sehat bagi masyarakat, ‘’ kata Yasa Adnyana yang juga menangani bidang isi siaran di KPID Bali.
Menyikapi kondisi media saat ini, Raka Santri, wartawan senior asal Bali mengajak semua pihak untuk bangkit untuk melawan Pers yang semena-mena. Dengan literasi media nampaknya tidak cukup. Apalagi faktanya masyarakat kita masih malas membaca dan berpikir. “Kita, harus mengakui masih takut untuk mengkritik Pers,” tegasnya.
Sementara itu, Tarman Azzam yang juga Ketua Dewan Kehormatan PWI, memaparkan hal-hal terkait dengan siapa yang berhak mengawal kebebasan Pers? Azzam mengatakan, ada empat komponen yang bisa mengontrol Pers yaitu : 1). Pers itu sendiri (Inner control), 2). Publik berupa Hak Jawab, Hak Koreksi, Clash action, pasar, proses hukum 3). Pemeritah melalui law enforcement via Dewan Pers, KPI, atau proses hukum dan 4). State Regulition mulai dari UUD dan UU dan peraturan lainnya.
“Media berhak memberitakan apa saja sepanjang tidak melanggar tiga prinsip yaitu; norma–norma agama, rasa susila masyarakat, dan praduga tak bersalah, “tandas Azzam.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan pers sangatlah dibutuhkan oleh masyarakat. Tapi hal ini tidak dapat menjadi suatu alasan bagi pers untuk semena-mena dalam mengekspose suatu berita. Kita sebagai masyarakat yang peduli terhadap kelangsungan Bangsa Indonesia, harus berani menentang para pers yang semena-mena dalam mengekspose beritanya demi menyelamatkan generasi bangsa ini.
Semua siaran ataupun berita yang disampaikan oleh para pers melalui media massa ataupun elektronik seperti tv, sebenarnya dapat kita atur sesuai dengan kemauan kita, sehingga menjadi siaran yang sehat dan baik, seperti yang telah disebutkan dalam UU Penyiaran no. 32 /2002 disebutkan : Setiap warga Negara Indonesia memiliki hak, kewajiban dan tanggungjawab dalam berperan serta mengembangkan penyelenggaranaan penyiaran. Kedepan perlu didorong pengawasan berbasis masyarakat. Masyarakat seharusnya tidak hanya menikmati, tapi juga mencermati siaran. Saat ini, rata-rata pola konsumsi TV masyarakat Indonesia berkisar 35 jam/ seminggu. Banyaknya pengaduan masyarakat ke KPI membuktikan siaran TV belum sepenuhnya sehat dan bermartabat, perlu ada sikap yang tepat oleh masyarakat dalam menonton siaran TV, pungkas Muzayyad.
Narsumber Idy Muzayyad dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, lebih banyak memaparkan peran media televisi dan radio. Siaran TV sudah masuk ke ruang-ruang privat, orang tua jangan merasa aman jika anak-anak kita lama-lama menonton TV. Menonton siaran TV ada proses pencucian otak, anak-anak perlu pendampingan orang tua saat menonton siaran TV,” tegas Muzayyad.
Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan demi mencapai siaran yang baik dan sehat. Peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya sehingga mereka memang mendapatkan siaran yang tepat untuk usia mereka sangatlah dibutuhkan. Karena hal itu merupakan hal yang paling mendasar sebelum berada dalam lingkungan masyarakat.
Siaran tv memang adalah hal yang paling dominan dan mudah dalam mempengaruhi generasi muda. Sudah banyak contoh kasus yang diakibatkannya. Semua siaran media sebenarnya dapat sangat bermanfaat asal kita mampu mencerna dan memilah siaran tersebut. Semua tindakan memang memiliki akibat, tapi jika kita mau berusaha maka kita akan mampu memperkecil dampak negative dari siaran media. Sudah waktunya bagi kita untuk turut serta dalam mewujudkan siaran yang baik dan sehat bagi diri kita, keluarga, masyarakat dan juga bangsa kita.

Dikutip dari : http://metrobali.com/?p=6026

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarlah dengan baik dan sopan