Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Minggu, 29 April 2012

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

1. Tinjauan Teori Hipertensi

A. Definisi
- Suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal ( tekanan systole diatas 140 mmHg dan tekanan diastole diatas 90 mmHg) (Arita Murwani, 2009 : 73)
- Kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan diastolic >90 mmHg (untuk usia <60 tahun) dan tekanan sistolik ≥160 mmHg dan atau tekanan diastolic >95 mmHg (untuk usia >60 tahun) (Taufan Nugroho, 2011 : 263)

B. Etiologi

Menurut penyebabnya ada 2 jenis yaitu:

Hipertensi primer (essensial) :
o Keturunan
o Umur
o Psikis
Hipertensi sekunder:
o Penyakit ginjal (glumerulus nephitis akuta/kronika)
o Tumor dalam rongga kepala
o Penyakit syaraf
o Toxemia gravidarum

Factor yang menunjang:
o Adakah riwayat penyakit system kardiovaskuler atau ginjal sebelumnya
o Obesitas
o Aktivitas yang terlalu melelahkan (gerak badan)
o Emosional/ketegangan mental
o Umur semakin tua makin bertambah desakan(50-60)
(Arita Murwani, 2009 : 73-74)
C. Patofisiologi
Tekanan akan sangat mempengaruhi terhadap tingginya desakan darah. Tekanan ini terjadi pada pembuluh darah perifer. Tahanan terbesar di alami oleh arteriolae sehingga perbedaan desakan besar bila arteriolae menyempit akan menaikkan desakan darah.
Stadium pertama dari hipertensi sensiil adalah kenaikan tonus dari arteriolae. (Arita Murwani, 2009 : 74)

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
• Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
• Sakit kepala
• Epistaksis
• Pusing / migrain
• Rasa berat ditengkuk
• Sukar tidur
• Mata berkunang kunang
• Lemah dan lelah
• Muka pucat
• Suhu tubuh rendah
(http://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/08/askep-hipertensi.html)
E. Pemeriksaan Diagnostik
- Mengukur tekanan darah, pada kedua tangan ketika pasien terlentang dan tegak setiap 1-2 jam sekali
- Mengukur berat badan,tinggi badan ( BB ideal, gemuk, obesitas)
- Pemeriksaan khusus:
 Jantung ( pada gagal jantung kanan terjadi oedema perifer, sesak napas)
 ECG
 Foto Thorax
 Echocardiogram
 Pada mata fundus copi (pembuluh darah pada retina menjadi tipis)
- Pemeriksaan darah : cholesterol, uric acid, gula darah, creatinin, ureum, clearance, trigliserida, electrolit.
- Pemeriksaan IVP.( Arita Murwani, 2009 : 75)

- Criteria diagnose:
 Tekanan darah diatas normal
 Sebagian kecil mengeluh : sakit kepala, berdebar-debar, dll.
 Gejala yang muncul tergantung organ yang terkena
- Pemeriksaan penunjang:
 Mencari factor resiko: kolesterol serum, trigliserida, gula darah.
 Mencari komplikasi : ureum, kreatinin, proteinuria, ronsen torak.( Taufan Nugroho, 2011 : 265)
F. Penatalaksanaan Medis
- Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan causal
- Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk enurunkan tekanan darah dengan harapan meprpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.
- Upaya menurnkan tekanan darah ilakukan dengan mengunakan obat anti hipertensi selain dengan perubaha gaya hidup.
- Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan memunkginakn besat untuk seumur hidup.
Terapi :
 Diet rendah garam
 Penurunan berat badan, olahraga, latihan jiwa ( yoga, dll.)
 Diuretic
 Penghambat adrenergic
 Penyekat alfa 1
 Penyekat beta
 Vasodilator
 Penghambat ACE
 Penghambat kalsium
Penyulit :
- Perdarahan otak, perdarahan retina, dekompensasi cordis.
- Stroke, penyakit jantung, gagal ginjal.
Lama Perawatan : 1 minggu.
G. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
• Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
• Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
• Penurunan berat badan
• Penurunan asupan etanol
• Menghentikan merokok
2. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
• Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
• Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
• Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
• Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
3. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
• Tehnik Biofeedback --> Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
• Tehnik relaksasi --> Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
4. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

5. Kolaborasi dengan dokter mengenai terapi obat dan fisioterapi

2. Tinjauan Teori ASKEP Hipertensi
A. Pengkajian (Data Subjektif dan Data Objektif)
DS:
 Mengeluh sakit kepala
 Pandangan berkunang-kunang
 Leher kaku
DO:
 Peningkatan tekanan darah
 Peningkatan HR

B. Masalah Keperawatan
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular


C. Perencanaan
1. Jelaskan batasan-batasan aktivitas klien sesuai kondisi
2. Kaji dan monitor respon klien terhadap aktivitas:
 Ukur nadi,tensi,pernafasan sebelum beraktivitas dan segera setelah melakukan aktivitas dan 3 menit setelah istirahat.
 Hentikan aktivitas jika klien berespon : nyeri dada, sesak, vertilago, nadi turun, nadi tidak meningkat, sistolik turun, pernafasan turun.
3. Untuk klien yang sedang/pernah berbaring lama, mulai dengan rentang gerak sedikitnya 2x sehari.
4. Rencanakan waktu istirahat sesuai jadwal sehari-hari
5. Motivasi peningkatan aktivitas dan beri penghargaan pada kemajuan yang dicapai
6. Secara bertahap tingkatkan toleransi latihan dengan meningkatkan waktu di luar tempat tidur s.d 15 menit setiap hari, 3x sehari dan seterusnya.
7. Ajarkan metode penghematan energy:
 Luangkan waktu istirahat selama aktivitas
 Istirahat 3 menit setiap 5 menit melakukan aktivitas.
8. Bantu pemenuhan aktivitas yang tidak dapat/tidak boleh dilakukan klien, k/p libatkan keluarga.
9. Untuk klien yang mengalami penurunan curah jantung: observasi suhu, nadi, pernafasan, tensi, HR, irama jantung, gambaran ECG, intake-output cairan(terutama cairan IV dan urine)
10. Untuk klien yang mengalami hipoksia: observasi adanya sesak, sianosis, ganguan mental, pucat, kulit dingin/lembab.
11. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis dan pemeriksaan, diet dan fisoterapi.






D. Pelaksanaan
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
e. Catat edema umum
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

E. Evaluasi
 Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
 Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
 Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

3. Daftar Pustaka
Arita Murwani. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Mitra Cendikia; Yogyakarta, cetakan kedua, Maret 2009
Taufan Nugroho. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam. Nuha Medika; Yogyakarta, Juni 2011
http://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/08/askep-hipertensi.html

Kamis, 26 April 2012

Kiamat??? Berikut sebagian TANDA-TANDA kedatangannya...

Tanda-tanda kiamat kecil (sughra) kata nabi.

1. Ilmu diangkat, ilmu agama sudah diremehkan.
2. Kebodohan meraja lela, sedikit orang yang belajar agama.
3. Perbuatan zina tersebar luas karena ijin pemerintah.
4. Orang" sama bangga dan bebas meminum minuman keras.
5. Kebanyakan bayi lahir adalah perempuan, banyak lelaki yg mati.
6. Wanita" budak dikawini tuannya.
7. Dajjal sudah lahir, banyak pendusta yg mngaku utusan Allah.
8. Ilmu agama dicabut.
9. Banyak terdapat gempa bumi.
10. Banyak fitnahan".
11. Banyak orang kaya harta.
12. Orang" sama berjalan lewat kuburan orang lain.
13. Keluarnya matahari dari barat.
Lalu, smakin mndekat ke kiamat besar (kubra).
Brikut bberapa prubahan yg amat bsar(tanda"nya).
1. Matahari sudah datang dari arah barat.
2. Binatang" ajaid sdah sama muncul.
3. Keluarlah imam mahdi.
4. Tak ketinggalan almasih dajjad juga keluar.
5. Nabi Isa as. Turun dari langit.
6. Ka'bah mulai runtuh dan rusak.
7. Al-quran lenyap dari mushaf dan hati dan akhir.a orang" sama hilang iman.a shg mnjdi kafir...
Kemudian disaat itu Allah berseru: "Tiuplah sengkala wahai Israfil".

ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT)

PENGERTIAN ISPA

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian psenyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dimana pengertiannya sebagai berikut :

1. Infeksi
Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan
Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
3. Infeksi Akut
Adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru – paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu :
• ISPA non- Pneumonia : dikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek
• Pneumonia : apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran bernapas, peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat).
Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior ke rongga hidung dan ke arah superior menuju faring.
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
Menurut WHO, sekresi lendir atau gejala pilek terjadi juga pada penyakit common cold disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan atau coronavirus. Penyakit ini dapat disertai demam pada anak selama beberapa jam sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran udara diduga menjadi pencetus infeksi virus pada saluran nafas bagian atas. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernafasannya.

ETIOLOGI (PENYEBAB)

Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis bakteri, virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan Korinebakterium Diffteria (Achmadi dkk., 2004). Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan (PD PERSI, 2002).
Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus. Virus para-influensa merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian atas. Untuk virus influensa bukan penyebab terbesar terjadinya terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas bagian bawah (Siregar dan Maulany, 95).

TANDA DAN GEJALA

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
Tanda-tanda klinis ISPA
• Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
• Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
• Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.
• Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris ISPA
• hypoxemia,
• hypercapnia dan
• acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing.

KOMPLIKSI ISPA

ISPA / saluran pernafasan akut sebenarnya merupakan self limited disease yang sembuh sendiri dalam 5 – 6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain, tetapi penyakit ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti : semusitis paranosal, penutuban tuba eustachii, lanyingitis, tracheitis, bronchtis, dan brhonco pneumonia dan berlanjut pada kematian karena danya sepsis yang meluas.


PEMERIKSAAN FISIK DAN DIAGNOSTIK

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik di fokuskan pada pengkajian sistem pernapasan :
1. Pengkajian tanda – tanda vital dan kesadaran klien
2. Inspeksi :
• Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
• Tonsil tanpak kemerahan dan edema
• Tampak batuk tidak produktif
• Tidak ada jaringna parut pada leher
• Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi
3. Palpasi
• Adanya demam
• Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis
• Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
4. Perkusi
• Suara paru normal (resonance)
5. Auskultasi
• Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

Peningkatan suhu tubuh pada proses inspeksi
Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37, 5 ‘ C


INTERVENSI
1.Observasi tanda – tanda vital
2.Anjurkan pada klien/keluarga umtuk melakukan kompres dingin ( air biasa) pada kepala / axial.
3.Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat menyerap keringat seperti terbuat dari katun.
4.Atur sirkulasi udara.
5.Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hr.
6.Anjurkan klien istirahat ditempat tidur selama fase febris penyakit.
7.Kolaborasi dengan dokter :
• Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial
• antipiretika

RASIONALISASI
1.Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya.
2.Degan menberikan kompres maka aakan terjadi proses konduksi / perpindahan panas dengan bahan perantara .
3.Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap keringat.
4.Penyedian udara bersih.
5.Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
6.Tirah baring untuk mengurangi metabolism dan panas.
7.Untuk mengontrol infeksi pernapasan Menurunkan panas

Penatalaksanaan Keperawatan

. Menurut Semltzer ( 2001 ), penatalaksanaan dari ISPA adalah
1. Medis.
a. Diet cair dan lunak selama tahap akut.
b. Untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukos yang antiboitik, misal amoxilin, ampixilin.
c. Antistetik topikal sepertilidokain, orabase atau diklorin memberikan tindakan peredaan nyeri oral.
2. Keperawatan.
a. Penyuluhan pada pasien tentang cara memutus infeksi.
b. Meningkatkan masukan cairan.
c. Menginstruksikan pada pasien untuk meningkatkan drainase seperti antalasi uap.

Pengobatan pada ISPA

• Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus , di beri oksigen dan sebagainya.
• Pneumonia: diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin.
• Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan.



• Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik selama 10 hari.

Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan :

• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
• Immunisasi.
• Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.
• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

ARTIKEL : KITA PENGENDALI SIARAN MEDIA MASSA

KITA PENGENDALI SIARAN MEDIA MASSA

Dalam jaman modern ini, kita sangat mudah mendapatkan informasi, baik dari media massa maupun elektronik. Dari informasi dalam negeri hingga informasi dari luar negeri. Dari berita olahraga, ekonomi, hokum hingga aktivitas harian selebritis. tapi, dalam dunia nyata ini, semua yang memiliki manfaat pasti memiliki dampak negative pula. Mungkin sebagian besar dari kita hanya melihat sesuatu dari sudut pandang positifnya saja, bijaksanalah jika kita juga melihat dari sudut negatifnya. Informasi yang diberikan kepada kita melalui siaran radio, televise ataupun media massa lainnya, juga memiliki dampak negative jika kita tidak melakukan tindakan.
Semua siaran informasi yang ada di media massa ataupun media elektronik berasal dari para wartawan atau pers ataupun biasa disebut juga dengan “paparazzi”. Setiap berita akan di ekspos oleh mereka dan biasanya mereka tidak mementingkan dampak negative itu. Padahal berita yang mereka ekspos dapat membawa dampak negative bagi penerus bangsa kita. Suadah tak dapat dipungkiri bahwa saat ini pers sering semena-mena dalam mengekspose suatu berita. Sebagai contohnya adalah berita pornografi yang dilakukan oleh beberapa selebritis maupun tokoh masyarakat yang marak akhir-akhir ini. Mereka hanya mementingkan keuntungan mereka sendiri, padahal hal itu dapat berakibat buruk bagi mental para penerus bangsa. Sebut saja, akibat berita pornografi artis yang di ekspos berlebihan oleh pers dapat menyebabkan meningkatnya kasus pelecehan seksual di kota Surabaya.
‘’Media cenderung mengedepankan faktor keuntungan ketimbang fungsi sosialnya. Oleh karena itu, semua pihak (masyarakat) harus bangkit dan berani melawan Pers yang semena-mena. Dengan literasi media nampaknya tidak cukup, ‘’ demikian antara lain mengemuka pada Forum Pengembangan Literasi Media Dalam Rangka Penguatan Sadar Media, Rabu 11 April 2012 di Hotel Harris Ressort Kuta.
DR. James Pardede, MM, Direktur Kemitraan Komunikasi Kementrian Kominfo RI saat memberikan sambutan mengatakan, masyarakat perlu dibekali kemampuan agar bisa memilih dan memilah siaran yang sehat sesuai dengan kebutuhannya.
Forum Literasi Media kali ini di laksanakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bekerjasama dengan Pemprov Bali yang pelaksanaannya di buka langsung oleh Asisten III Pemprov Bali Made Santa, SE, MSi.
Acara ini menghadirkan empat orang pembicara yaitu; Amir Sar Manihuruk, Drs, MS- Peneliti Madya Bidang Komunikasi dan Media Badan Litbang SDM Kemkominfo RI dengan judul materi : “Literasi Media dan Penguatan Publik Dinamika dan Kompleksitasnya”. Amir Sar Manihuruk dalam paparannya menjelaskan, peran media wajib memberikan informasi yang akurat dan seimbang, memberikan edukasi, pencerahan, pemberdayaan, hiburan yang sehat, memberikan kontrol sosial yang membangun, serta dapat memberikan solusi alternatif terhadap berbagai permasalahan masyarakat dalam berbangsa dan Negara,“Jelasnya.
Sementara Pembicara berikutnya Dr. Ida Bagus Radendra S., SH, M.Hum dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dwijendra Denpasar membawakan makalah dengan tema : “Literasi Media dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Ber-Media”. Radendra menekankan, ditengah masyarakat konsumen hari ini, masyarakat harus cerdas dan kritis dalam menyikapi media. Literasi media harus lebih intens dilakukan mengingat saat ini ada kondisi dimana masyarakat kita belum memiliki budaya baca tapi sudah langsung menuju masyarakat multimedia, “tandas Radendra.
Dalam session diskusi, Wayan Yasa Adnyana, SH, MM dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali, menyoroti kondisi media saat ini yang sangat mencerminkan dinamika politik di negeri ini. Terkait dengan Literasi media, selama ini cendrung menekankan pada kebutuhan masyarakat pemirsa, belum menekankan pada pemiliknya. ‘’Peran pemerintah perlu ditingkatkan dalam mewujudkan siaran yang sehat bagi masyarakat, ‘’ kata Yasa Adnyana yang juga menangani bidang isi siaran di KPID Bali.
Menyikapi kondisi media saat ini, Raka Santri, wartawan senior asal Bali mengajak semua pihak untuk bangkit untuk melawan Pers yang semena-mena. Dengan literasi media nampaknya tidak cukup. Apalagi faktanya masyarakat kita masih malas membaca dan berpikir. “Kita, harus mengakui masih takut untuk mengkritik Pers,” tegasnya.
Sementara itu, Tarman Azzam yang juga Ketua Dewan Kehormatan PWI, memaparkan hal-hal terkait dengan siapa yang berhak mengawal kebebasan Pers? Azzam mengatakan, ada empat komponen yang bisa mengontrol Pers yaitu : 1). Pers itu sendiri (Inner control), 2). Publik berupa Hak Jawab, Hak Koreksi, Clash action, pasar, proses hukum 3). Pemeritah melalui law enforcement via Dewan Pers, KPI, atau proses hukum dan 4). State Regulition mulai dari UUD dan UU dan peraturan lainnya.
“Media berhak memberitakan apa saja sepanjang tidak melanggar tiga prinsip yaitu; norma–norma agama, rasa susila masyarakat, dan praduga tak bersalah, “tandas Azzam.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan pers sangatlah dibutuhkan oleh masyarakat. Tapi hal ini tidak dapat menjadi suatu alasan bagi pers untuk semena-mena dalam mengekspose suatu berita. Kita sebagai masyarakat yang peduli terhadap kelangsungan Bangsa Indonesia, harus berani menentang para pers yang semena-mena dalam mengekspose beritanya demi menyelamatkan generasi bangsa ini.
Semua siaran ataupun berita yang disampaikan oleh para pers melalui media massa ataupun elektronik seperti tv, sebenarnya dapat kita atur sesuai dengan kemauan kita, sehingga menjadi siaran yang sehat dan baik, seperti yang telah disebutkan dalam UU Penyiaran no. 32 /2002 disebutkan : Setiap warga Negara Indonesia memiliki hak, kewajiban dan tanggungjawab dalam berperan serta mengembangkan penyelenggaranaan penyiaran. Kedepan perlu didorong pengawasan berbasis masyarakat. Masyarakat seharusnya tidak hanya menikmati, tapi juga mencermati siaran. Saat ini, rata-rata pola konsumsi TV masyarakat Indonesia berkisar 35 jam/ seminggu. Banyaknya pengaduan masyarakat ke KPI membuktikan siaran TV belum sepenuhnya sehat dan bermartabat, perlu ada sikap yang tepat oleh masyarakat dalam menonton siaran TV, pungkas Muzayyad.
Narsumber Idy Muzayyad dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, lebih banyak memaparkan peran media televisi dan radio. Siaran TV sudah masuk ke ruang-ruang privat, orang tua jangan merasa aman jika anak-anak kita lama-lama menonton TV. Menonton siaran TV ada proses pencucian otak, anak-anak perlu pendampingan orang tua saat menonton siaran TV,” tegas Muzayyad.
Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan demi mencapai siaran yang baik dan sehat. Peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya sehingga mereka memang mendapatkan siaran yang tepat untuk usia mereka sangatlah dibutuhkan. Karena hal itu merupakan hal yang paling mendasar sebelum berada dalam lingkungan masyarakat.
Siaran tv memang adalah hal yang paling dominan dan mudah dalam mempengaruhi generasi muda. Sudah banyak contoh kasus yang diakibatkannya. Semua siaran media sebenarnya dapat sangat bermanfaat asal kita mampu mencerna dan memilah siaran tersebut. Semua tindakan memang memiliki akibat, tapi jika kita mau berusaha maka kita akan mampu memperkecil dampak negative dari siaran media. Sudah waktunya bagi kita untuk turut serta dalam mewujudkan siaran yang baik dan sehat bagi diri kita, keluarga, masyarakat dan juga bangsa kita.

Dikutip dari : http://metrobali.com/?p=6026

Selasa, 24 April 2012

TEKA TEKI EINSTEIN

Teka-teki ini tidak mengandung trik, murni logikaAlbert Einstein yang menyusun teka-teki ini.Konon, 98% penduduk dunia tidak mampu memecahkan teka-teki ini.Apakah anda termasuk yang 2%?

Ada 5 buah rumah yang masing-masing memiliki warna berbeda.
Setiap rumah dihuni satu orang pria dengan kebangsaaan yang berbeda-beda.
Setiap penghuni rumah menyukai jenis minuman tertentu.
Setiap penghuni rumah merokok satu merk rokok tertentu.
Setiap penghuni rumah memelihara satu jenis hewan tertentu.
Tak satupun dari kelima orang itu yang minum minuman yang sama, merokok satu merk rokok yang sama, dan memelihara hewan yang sama antara penghuni yang satu dengan penghuni yang lain.

Petunjuk:
Orang Inggris tinggal di dalam rumah berwarna merah
Orang Swedia memelihara anjing
Orang Denmark senang minum teh
Rumah warna hijau tepat disebelah kiri rumah warna putih.
Penghuni rumah berwarna hijau senang minum kopi
Orang yang merokok PallMall memelihara burung
Orang Jerman merokok Rothmans.
Penghuni rumah yang terletak di tengah-tengah senang minum susu.
Penghuni rumah berwarna kuning merokok Dunhill
Orang Norwegia tinggal di rumah paling pertama
Orang yg merokok Marlboro tinggal di sebelah orang yg memelihara kucing
Orang yg memelihara kuda tinggal di sebelah orang yg merokok Dunhill
Orang yang merokok Winfield senang minum bir
Di sebelah rumah berwarna biru tinggal orang Norwegia
Orang yang merokok Marlboro bertetangga dengan orang yang minum air.

Pertanyaan: Siapakah yang memelihara IKAN?

Senin, 16 April 2012

Tebakkan....

Aku di bawa Kau di atas. Kau mengangkang Akupun senang. Kau mulai basah Akupun tenang. Kau lemas Aku jadi basah… Apakah itu..???